Rabu, 15 Mei 2013

Malioboro dan Mereka


     Jogja? Sebuah kota yang sangat Istimewa dari hal apapun. Penuh dengan orang-orang yang ramah, selalu tersenyum walaupun tidak kenal siapa orang yang di senyumnya itu. Sangat pantaslah Jogja disebut dengan Jogja Berhati Nyaman. Bukan hanya itu saja berbagai macam kebudayaan, wisata, makanan, juga banyak terdapat disini. Salah satunya tempat yang terkenal adalah Malioboro. Malioboro merupakan pusat perbelanjaan yang  terbesar di Jogja. Terlihat dari sisi kanan maupun kiri jalan terdapat banyak orang-orang yang menjualkan jajanan maupun barang-barang mereka. Seperti kue-kue khas jogja, pakaian Jogja, dan lain sebagainya. Tak berhenti-hentinya wisatawan mengunjungi Maliboro, baik dari dalam kota maupun luar kota, bahkan turis asing pun banyak mengunjungi Malioboro. Bahkan kendaraan pun tak henti-hentinya berlalu lalang melewati jalan Malioboro hanya untuk menikmati suasana di sana.
      












            Walaupun Maliboro sebagai pusat perbelanjaan dan wisata, tetapi di sini juga dijadikan tempat mata pencaharian sebagian dari orang-orang yang kurang mampu, seperti memulung dan mengemis. Alasan mengapa mereka ingin bekerja sebagai pemulung maupun pengemis mungkin dikarenakan pekerjaan ini adalah pekerjaan yang sangat instan dan sangat cepat untuk mendapatkan uang walaupun hanya tak seberapa. Apalagi tempat yang sangat mendukung karena Maliboro banyak orang-orang yang berdatangan dan disini kesempatan mereka untuk meminta-minta dan juga memungut sampah hasil dari pengunjung Malioboro. Kemudian hasil dari yang di dapatkan untuk memenuhi kehidupan mereka sehari-hari. Beginilah hidup mereka, hidup yang tiada akhir dan tiada batas, bekerja dengan apa adanya tanpa memikirkan pantas atau tidaknya pekerjaan yang mereka jalani tersebut, hanya demi sesuap nasi. Terkadang aku selalu berpikir apakah dengan pekerjaan seperti itu mereka ikhlas menjalaninya? Atau itu merupakan pekerjaan yang telah di pilih mereka sejak dulu?
















            Andai saja kita berada di posisi mereka, betapa sangat kita tidak bias setegar dan sekuat mereka. Menahan malu yang tiada tara, dan menahan lapar apabila uang belum terkumpulkan untuk membeli makan. Sungguh sangat mirisnya pemirsa. Kuat adalah prinsip hidup mereka, jikalau mereka tidak sekuat baja, bagaimana mereka akan menjalani hidup yang telah menunggu mereka dimasa yang akan datang.








            Dari kisah hidup mereka kita bias mengambil sebuah pembelajaran hidup, betapa susahnya hidup ini apabila tidak dijalani dengan ikhlas dan kuat. Dari mereka juga kita bisa tau bagaimana hidup yang sesungguhnya, kerja keras dan pantang menyerah itu kunci utamanya.





 Mohon maaf apabilaa banyak kekurangan, karena saya juga masih belajar. 
Matur Nuwun :)

0 komentar:

Posting Komentar